Sistem Bioflok dalam Budi Daya Ikan Air Tawar

Bioflok merupakan suatu teknik budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaat mikroorganisme pada air kolam yang dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.

Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok. Pemanfaatan berbagai mikroorganisme air seperti bakteri, alga, fungi, protozoa, metazoan, rotifer, nematoda, gastroricha, dan organisme lainnya dapat memakan kotoran atau zat berbahaya dan akan dijadikan protein agar dapat dimakan oleh ikan.

Penerapan budidaya sistem bioflok ini sudah banyak diterapkan pada perikanan air tawar terutama lele dan nila karena mampu meningkatkan produktivitas hasil perikanan yang lebih tinggi. Selain itu, metode bioflok juga dapat meminimalisir penggunaan lahan karena tidak terlalu luas dan meningkatkan efisiensi penggunaan air.

Teknik Pembuatan Bioflok

Hari pertama, isi fiber dengan air dengan ketinggian 80-100 cm. Usahakan air yang tidak mengandung bahan kimia (air PAM), kemudian buat sistem aerasi, larutkan garam grosok 3 kg/m3 kedalam media atau garam dapat dilarutkan dahulu dengan air baru dimasukkan kedalam media agar tercampur merata dan pompa aerator sudah dihidupkan.

Hari kedua, masukkan bakteri phatogen atau probiotik kedalam kolam sebanyak 6 ml/m3 (bakteri dapat dibeli di toko pertanian).

Hari ketiga, beri pakan probiotik tadi dengan memasukkan molase atau tetes tebu 250 ml/m3. Molase atau tetes tebu juga dapat diganti dengan air gula tebu atau air gula jawa/merah. Selain itu tepung terigu juga bisa menjadi pakan tambahan bagi bakteri patogen, anda bisa menambahkan 100-200 gr tepung terigu kedalam kolam.

Pada malam harinya boleh ditambah dolomit dengan takaran 200-250 gr/m3. Kemudian biarkan air kolam diaerator 7-10 hari agar mikroorganisme cepat berkembang biak.

Setelah 10 hari bakteri atau mikroorganisme sudah berkembang dengan baik, kolam budi daya siap ditebar dengan benih lele dengan padat tebar 250-350/m3.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sistem bioflok

  • Bahan organik harus cukup (TOC > 100mgC/L).
  • Nitrogen disintesis menjadi mikrobial protein dan dapat dimakan langsung oleh ikan dan udang.
  • Perlu disuply C organik (molase, tepung terigu, tepung tapioka) secara kontiniu atau sesuai dengan amonia dalam air.
  • Oksigen harus cukup serta alkalinitias dan pH harus terus dijaga.

Kelebihan :

  • pH air menjadi relatif stabil, sehingga menurunkan kandungan amonia pada air
  • Tidak perlu melakukan pergantian air. Pergantian air justru akan menyebabkan biosecurity mati
  • Meminimalisir pembelian pakan. Limbah yang ada pada kolam dapat didaur ulang menjadi pakan berprotein tinggi

Kekurangan :

  • Kebocoran pada kolam dapat mengancam biosecurity yang ada pada kolam
  • Diperlukan aerator untuk menyuplai oksigen secara terus menerus
  • Pemantauan air harus dilakukan dengan intensif untuk mencegah timbulnya nitrit dan amonia
  • Pengendapan bahan organik pada dasar kolam yang dapat menurunkan pH air apabila aerasi berhenti
  • Jika flok terlalu pekat dapat menyebabkan kematian bertahap pada ikan, karena rendahnya suplai oksigen

//AZS

referensi : [1][2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *